sumber : www.bundapedia.com
Melihat orang lain mengadakan pernikahan dengan hikmat dan semarak, sering membuat iri dan ingin segera menikah. Mereka condong cuman menyaksikan segi kebahagiaan dalam acara pesta pernikahan yang diadakan satu hari bahkan juga sampai 7 hari beruntun. Tetapi pada realitanya dalam berumah-tangga ada banyak babak yang perlu dilewati mereka yang telah syah jadi suami istri.
Beberapa orang kemungkinan memandang jika dengan menikah ialah usaha untuk menuntaskan permasalahan. Dengan menikah, karena itu persoalan hidup akan usai. Sayang semua tidak sama seperti yang dipikirkan. Pada pernikahan, ada banyak babak yang perlu dilewati. Pasangan suami istri nanti akan dites dengan beberapa babak dalam pernikahan. Tiap babak yang sukses dilewati nanti akan membuat rumah tangga makin kuat.
1.Fase bulan madu. Ini ialah babak paling manis yang membuat beberapa orang ingin cepat menikah saat menyaksikan lainnya menikah
Pada fase bulan madu ialah saat-saat tidak ada permasalahan yang ada. Tiap hari cuman rasakan cantiknya rasakan sebagai pasangan baru yang selalu menyongsong cantiknya pagi dengan penuh semangat. Bangun tidur ngopi bersama sekalian menceritakan beberapa hal.
2.Fase penyesuaian. Pada babak ini, watak asli masing-masing pasangan mulai akan kelihatan. Umumnya, babak ini ada di 1-3 tahun pernikahan
Setelah masa bulan madu nyaris habis, maka ke arah babak rekonsilasi. Di sini mulai ada pertanda perselisihan kecil dalam berumah-tangga karena watak asli yang kemungkinan berlawanan dan baru kelihatan di babak rekonsilasi.
3.Fase pertentangan. Mulai ada benih-benih rasa tidak nyaman dengan pasangan, bahkan juga ada yang berbuntut ke perpisahan
Pada fase ini, pasangan turut serta perselisihan yang semakin besar seperti perbedaan dalam mengurusi anak, permasalahan keuangan, dan persoalan rumah tangga yang lain. Ini sering membuat pasangan memilih untuk berpisah sebab menganggap tidak pas, sebab menganggap telah “mentok” dan sama-sama mempersalahkan.
4.Fase pendewasaan. Masing-masing pasangan mulai sama-sama pahami dan pikirkan jika ada anak sebagai tanggung-jawab
Seiring permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga akan membuat pasangan makin dewasa dalam melakukan tindakan. Di babak ini mereka mulai akan pikirkan ada anak yang perlu dibesarkan. Mereka akan sama-sama cari jalan keluar terbaik untuk kesatuan rumah tangga.
5.Fase puber ke-2 . Untuk mereka yang tidak tahan pada bujukan dan cari pelarian seperti berselingkuh atau acuh pada pasangan
Fase puber ke-2 dapat disimpulkan nikmati periode “kekasihan kembali” dengan pasangan sendiri karena ada rasa cinta yang kuat walau telah mempunyai anak bahkan juga saat anak telah besar. Tetapi, resikonya babak ini ialah saat telah sama-sama jemu dengan pasangan dan condong cari “penyeling” untuk sekedar bergembira. Ini jadi babak paling berat dalam berumah-tangga.
6.Fase menua bersama. Babak paling menyenangkan karena telah sukses berusaha bersama hadapi beragam bujukan dalam pernikahan
Menikmati masa tua bersama sesudah sukses melalui beragam halangan ialah suatu hal yang paling menyenangkan dalam babak pernikahan. Pada babak menua bersama, pasangan suami istri cuman nikmati kebersama-samaan dan memahat banyak masa lalu asam manis dalam pernikahan. Ke-2 nya akan sama-sama mengucapkan syukur sudah sanggup bertahan hadapi semua halangan. Ini menjadi narasi menarik saat anak-anak mulai dewasa.
Demikianlah fase dalam pernikahan yang harus dijumpai oleh pasangan yang ingin menikah supaya lebih siap. Menikah bukan gelaran perlombaan, tetapi lebih ke berapa sanggup hadapi kehidupan baru setelah menikah.