6 Panduan dan Manfaat Memondokkan Anak Di Pesantren Supaya Jadi Sukses

Mewujudkan insan yang Qur’ani, Amali, dan Saintis sehingga mampu mencetak generasi-generasi Qur’ani, Sebelum melanjutkan artikel 6 Panduan dan Manfaat Memondokkan Anak Di Pesantren Supaya Jadi Sukses, Sekedar kami info:

Apabila Anda Mendambakan putra/putri untuk menjadi Tahfidz kunjungi website Pondok Pesantren Tahfidz

Santri sebagai nama yang disebut pada siswa atau pelajar yang belajar dalam ponpes. Kata santri, pesantren, dan pondok mempunyai hubungan yang benar-benar kuat. Secara simpel, santri ialah panggilan untuk pelajarnya, pesantren atau ponpes ialah tempat belajarnya.

Tidak lupa juga istilah kyai atau juga bisa dicatat dengan kiai sebagai guru khusus yang bertindak selaku pengasuh, pendidik, pengajar, pembimbing dan mempunyai tanggung-jawab penuh pada santri yang diberikan oleh orangtua untuk dididik. Disamping itu ada pula istilah ustadz atau muallim, yakni pendidik yang terbagi dalam santri senior atau keluarga kyai. Di pesantren kekinian ada juga istilah guru, panggilan untuk pendidik di sekolah resmi.

Menjadi pengetahuan umum jika santri sendiri mempunyai aksi yang besar sekali pada bangsa Indonesia. Perang menantang penjajah dipelopori oleh golongan santri. Dari kelompok santri ini ada beberapa tokoh besar. Sebutlah saja Gus Dur, ialah santri, kyai, yang cucu dari ulama besar, Syekh Hasyim Asyari.

Karena dalam sejarahnya pesantren sudah bisa dibuktikan punya pengaruh besar dalam mendidik anak dan sudah bisa dibuktikan mengantar anak ke kesuksesan, karena itu sampai sekarang ini juga pesantren masih tetap exist sebagai instansi pengajaran yang disukai oleh warga.

Akan tetapi, kemungkinan untuk bapak atau ibu sekaligus masih tetap ada yang sangsi untuk memondokkan anaknya. Ini karena asumsi karena pengajaran di pesantren dipandang ketinggalan dengan pengajaran lain. Di pesantren banyak diberikan pengkajian kitab kuning dan pengkajian classic hingga dipandang tidak sanggup berkompetisi dengan instansi pengajaran kekinian resmi yang lain.

Saya akan meyakinkan bapak ibu sekaligus jika asumsi itu ialah asumsi yang keliru. Karena factor cukup penting akan kesuksesan anak ialah satu diantaranya balik lagi pada pesantrennya juga. Sekarang ini banyak pesantren yang sudah berintegrasi memadankan pengetahuan agama dan pengetahuan kekinian. Bahkan juga lulusannya lebih baik.

Okey kemungkinan asumsi pesantren itu kalah dari pengajaran umum tidak salah 100 %, karena itu kenyataannya sekarang ini mungkin ada pesantren yang menjaga “style classic”nya karena asumsi jika pengajaran style kekinian dapat memberi imbas negatif untuk pelajar.

Tetapi saya akan memperjelas, pesantren dengan kyai yang berpikiran seperti ini ada, tetapi sepengetahuan saya sedikit. Beberapa kyai mempunyai kesadaran akan keutamaan memberi gabungan pengetahuan classic yang memprioritaskan adab mulia, pengetahuan kekinian yang memprioritaskan pengetahuan dan tehnologi.

Maka lumayan banyak pemikiran-pertimbangan untuk memondokkan anak atau menyantrikan anak di pesantren supaya jadi sukses. Selainnya factor, orangtua dan individu anak, mode pesantren dan kyainya juga harus jadi perhatian untuk pemikiran memondokkan anak.

Berikut ialah panduan dan langkah memondokkan anak di pesantren supaya jadi anak yang sukses:

1. Kemauan Bulatkan Niat Diri Sendiri dan Anak

Kemauan dan niat yang kuat sebetulnya ialah kunci terpenting dalam usaha raih apa saja, terhitung keputusan untuk memondokkan anak di pesantren. Kemauan dan niat yang kuat jadi kemampuan untuk menangani segalanya yang terjadi kemungkinan pada keputusan yang kita mengambil. Kemauan di sini harus datang dari seluruh pihak, terhitung orangtua sebagai keluarga dan anak yang hendak nyantri.

Saya memperhatikan, karena kemauan yang kurang ini berapakah santri tidak berhasil sepanjang ikuti proses evaluasi di pesantren. Sempat ada orangtua yang benar-benar ingin memondokkan anaknya, tetapi anaknya tidak ada kemauan mondok benar-benar sampai pada akhirnya anaknya jadi permasalahan di pesantren karena tidak ingin ikuti ketentuan pesantren. Kemungkinan anda yang membaca tulisan ini sudah mengetahui jika pesantren itu punyai peraturan keras saat belajar dan melaksanakan ibadah.

Kemauan bundar ini tidak hanya cukup datang dari calon santri. Dari orangtua dan keluarga juga harus bersinergi. Ada pula kasus yang saya perhatikan, seorang santri punyai keinginan kuat untuk belajar dalam pesantren. Tetapi salah satunya keluarganya menginginkan ia untuk meneruskan sekolah resmi non pesantren. Pada akhirnya dianya juga bawa alias pulang dari pondok pesantrennya.

Hal seperti itu sangat sayang ingat ongkos untuk tempatkan anak di pesantren tidak murah . Maka supaya anak jadi sukses di pesantren salah satunya panduan penting dan khusus ialah bulatkan kemauan di antara anak dan keluarga dan sinergikan orangtua.

Nach disini ada permasalahan yang penting diperpecahkan, yakni bagaimanakah cara untuk membikin anak mempunyai kemauan untuk ingin belajar dalam pesantren, bagaimana menyolidkan bagian keluarga supaya satu suara untuk memondokkan anak? Terkadang bapak ingin anaknya mondok tetapi ibu atau mbahnya merintangi, bisa saja bapaknya merintangi dan sebagainya.

Niatkan yang terbaik, dari si anak atau orangtua. Janganlah sampai punya niat memondokkan anak karena ingin memperoleh simpati dari pihak lain atau jadi sebuah kebanggaan untuk maksud kesombongan. Niatkan murni karena cari pengetahuan, karena ingin ikuti tapak jejak beberapa ulama, karena ingin memberi sumbangsih ke bangsa, agama, dan keluarga. Begitupun si anak harus dimantapkan tujuannya jika mondok di pesantren ialah jalan terbaik untuk cari kehidupan dunia dan akhirat yang bagus dengan ilmu dan pengetahuan yang dilapis dengan pengetahuan agama.

2. Cermat dan Mencari Pondok Terbaik

Semua ponpes baik karena disitu diberikan beberapa ilmu agama dan pengetahuan. Tetapi seperti yang sempat kita dengar di beberapa berita ada kasus amoral yang sudah dilakukan oleh pelaku pengasuh di pesantren.

Ini jadi evaluasi ke kita jika jumlahnya ponpes jadi rintangan untuk orangtua agar semakin cermat untuk pilih yang terbaik. Maknanya kita perlu pilih dan memisah berkenaan pesantren calon tempat anak kita untuk mondok, apa sesuai keinginan dan sesuai kesesuaian dari anak atau memang belum.

Apa ponpes yang berbentuk yayasan besar, nama besar dan populer sudah tentu bagus dan pas untuk anak? Menurut saya belum pasti. Pondok besar dengan santri beberapa ribu misalkan, itu bagus, tetapi menurut saya buruk karena kyai tentu tidak mengenali semua.

Saya berpedoman konsep, jika pesantren yang baik ialah pesantren yang kyainya dekat sama santri dan memerhatikan beberapa santri karena dengan begitu transfer pengetahuan di antara kyai ke santri jadi berbekas.

Dalam tulisan seterusnya saya akan blak-blakan sama sesuai sudut pandang saya berkenaan bagaimanakah cara pilih ponpes yang baik.

3. Merelakan Keperginya Si Anak

Ketika telah menguatkan diri berikut seterusnya yang penting dilaksanakan ialah merelakan keperginya si anak. Doakan dengan doa terbaik solid dari semua pihak keluarga. Antar anak dengan keluarga sebagai lambang memasrahkan anak ke kyai, sebagai wujud keyakinan ke pesantren jika anaknya bisa menjadi orang luar biasa di masa datang. Tidak boleh diharap kembalinya ke rumah. Kabarnya pengharapan seperti ini dapat punya pengaruh pada anak, apa kerasan atau mungkin tidak di pondok.

4. Memberi Yang Terbaik Untuk Si Anak

Walau si anak telah ada di pesantren tidak berarti pekerjaan orangtua usai. Orangtua perlu menolong usaha anak dengan doakan. Doa ibu khususnya berkekuatan yang mengagumkan untuk memperlancar usaha si anak.

Bisa saja anak saat di pesantren berasa tidak betah atau masalah yang lain. Makan support orangtua dengan berdoa dan berbicara sekedarnya ketika waktunya bersama anak ketika awal mula memondokkan anak ialah usaha yang baik.

5. Usaha Cari Rejeki Yang Halal

Selainnya berdoa, salah satunya hal yang terpenting sebagai panduan dan langkah memondokkan anak di pesantren supaya jadi sukses dengan memberi rejeki yang halal dan berikhtiar dengan sedekah. Beberapa ulama menjelaskan jika daging yang dari rejeki haram dapat menyulitkan seorang untuk terima kebaikan dan pengetahuan.

Kabarnya Imam Abu Hanifah satu hari makanan yang disajikan oleh pembantunya. Umumnya Abu Hanifah bertanya asal mula dari makanan itu, tetapi waktu itu beliau lupa bertanya. Saat usai makan, beliau baru terpikir dan menayakan asal mula makanan itu ke pembantunya. Rupanya ada syubhat atau kabur dalam kehalalannya makanan itu. Beliau juga langsung memuntahkan semua makanan itu dari perut beliau.

Mengapa beberapa ulama jaman dulu mempunyai pengetahuan yang berguna dan kitab-ktiabnya ditelaah sampai saat ini? salah satunya rahasianya ialah mereka jaga diri dari beberapa hal yang syubhat apa lagi haram, terhitung makanan.

6. Teratur dan Rajin Bersedekah

Bersedekah ialah usaha seterusnya dari panduan dan langkah memondokkan anak di pesantren supaya jadi sukses. Zakat dan bersedekah sanggup bersihkan harta dari hak orang fakir. Bersedekah sanggup bawa keberkahan dan imbuhnya kebaikan.

Ada sebuah cerita berkenaan seorang bapak yang inginkan anaknya jadi ulama, fakih dan pakar agama, karena itu si bapak itu selalu tidak lupakan sedekah ke beberapa ulama. Dan pada akhirnya si anak juga menjadi ulama besar di periodenya.